Bagian 1
06.20, 10 menit lagi hingga
bel masuk sekolah dibunyikan pertama kalinya di semester dua ini. Semua teman
yang sudah datang ke kelas saling mengobrol satu sama lain tentang liburan
mereka selama 2 minggu. Ke pantai, gunung, mall, balap liar, paint ball, dan
lain-lain. Sementara aku hanya menghabiskan waktu liburanku dengan belajar dan
lari pagi.
Belajar-belajar-belajar!
Itulah yang selalu ibu ku katakan. Jika kau punya waktu untuk menonton,
belajarlah! Hahah, memangnya mendapat nilai bagus itu berguna? Toh dia dapat
pekerjaan bukan karena nilai. Bukan berarti aku ingin menjadi seperti dia, aku
hanya tak suka yang namanya terlalu terpaku pada aturan. Menurutku, ada aturan
itu bagus, tapi jika kau terlalu terpaku pada aturan, berarti kau setuju
menganggap dirimu hanyalah boneka atau semacam robot kendali.
"Semester dua masih
murung aja? Tenang, ranking 1 mah emang pintar", suara seseorang menyapaku
dari samping meja. Dia Ardi, dia adalah ranking 2 di kelasku semester lalu. Dia
juga adalah juara silat di sekolah ini. Siapapun tau tentang si Maung Jawara,
Ardi. Perawakannya setinggi aku dan tergolong wajah mirip korea. Eh, rupanya
selama liburan dia meninggikan badan. Dia jadi jauh lebih tinggi dari aku.
"Hei, bagaimana
statmu?", tanyanya mengerutkan alis.
Stat???.......
Astaga!!! Aku lupa! Aku
segera mengecek statku di ponselku dan memperlihatkannya kepada Ardi.
"Ajiggg!!! Intelegennya 159?!! Wah ternyata kamu benar-benar
pintar!!!", Dia berteriak layaknya orang kesurupan sementara orang lain tak
tertarik pada stat Intelegence. Kalau di perhatikan lebih seksama lagi... ya
ampun, ternyata mereka sedang mengobrol tentang Stat mereka, bukan liburan.
Yah, beginilah dunia setelah
2 minggu yang lalu. Tiba-tiba saja muncul notif aneh di hape tentang game
mengenai kehidupan pada semua orang. Sejak bertemu dengan kupu-kupu itu,
tiba-tiba ia hilang dalam cahaya seperti tak terjadi apa-apa. Setelah itu aku
mendapat notif itu. Awalnya aku kira itu guyonan. Tapi semua orang mulai
membicarakannya dan itu benar-benar terjadi.
Didalam stat itu terdapat
tulisan; Intelegence, Power Strong, Power Deffence, Agility, dan Speed. Dan
disamping tulisan-tulisan itu terdapat point yang merupakan dasar kekuatan
kita. Point-point itu dapat kita tambahkan sampai tak terbatas. Point-point itu
didapat dari hasil reward quest tersendiri. Semakin banyak point semakin kuat
kamu, kamu bahkan dapat mengaplikasikan kekuatan statmu kedalam kehidupan
sehari-harimu. Misalkan aku tambahkan 5 point ke dalam Intelegenceku, maka Intelegenceku
bertambah dari 159 menjadi 164, dan aku semakin mudah mengerjakan soal-soal
pelajaran dan ulangan. Pernah terpikirkan olehku bagaimana jika ada yang meng
hack sistemnya, tapi sampai saat ini masih ada yang bisa melakukannya. Kudengar
orang yang mencoba menghack sistemnya akan mati mengenaskan, jadi tak kulakukan
hal itu. Yah, benar, dunia ini berubah menjadi panggung permainan, permainan
yang amat sangat menyeramkan.
"Aku juga mau lihat
dong", pintaku gantian. Setelah itu dia mengirimkan datanya lewat share di
beranda pertemanan aplikasi itu.
Ardi Rahdiansyah
-Intelegence
: 96 point
-Power strong : 145
point
-Power deffence : 81 point
-Agility
: 117 point
-Speed
: 95 point
"Seperti yang
diharapkan dari Maung Jawara sekolah ini, kau kuat sekali ya...", aku
paksakan senyumku meski sesak di dada mengakui bahwa dia lebih hebat dariku.
"Ah... hebat dari mananya? Nilai Intelegence mu malah lebih tinggi dari
stat tertinggiku (Power strong). Dalam hati aku bergumam bahwa sebenarnya di
dunia ini, kepintaran sudah tak berlaku lagi. Ini dunia dimana kekuatan adalah
segalanya. Kalau kau lemah, kau bisa saja mati. Bahkan karena game ini, banyak
preman, begal, dan geng motor kembali meneror dunia.
"Quest macam apa
yang kau dapat selama liburan?", aku masih tak percaya kalau dia menjadi
sekuat itu hanya dalam 2 minggu. Tapi memang sih, awal mendapat stat itu dari
game master langsung berpuluh-puluhan, kita hanya mendapat beberapa point saja
setelah menjalankan quest. Itu berarti..... Ardi sudah mempunyai Power Strong
diatas 100 sejak statnya pertama kali didapatkan! Ahhh.... ternyata aku
benar-benar lemah.
"Aku
mendapat que-" "BRAAAAKKKK!!!", baru saja ia henak menjawab,
terdengar suara tembok bata yang runtuh dari lapangan sekolah. Mendengar hal
itu, semua orang berlalu lalang meninggalkan kelas untuk melihatnya. Tak mau
ketinggalan, aku pun ikut berdesakkan bersama Ardi untuk melihatnya. Sraaak
Sreeek... aku terus bergesekan dengan badan mereka yang kuat-kuat karena point
yang tinggi mungkin. Sementara itu Ardi yang memiliki fisik point yang tinggi
terus melaju meninggalkanku.
"Hah! Ada anak yang
berkelahi?!" "Aku tak percaya!! Inikan baru pertama kali masuk
sekolah di semester dua!!" "Hey!! Diakan anak dari SMA lain!!!,
mereka bergosip di depanku, sementara aku tersiksa di antara kerumunan mereka.
Sempat terpikir olehku untuk menyerah dan kembali ke kelas saja, tapi... apa
itu yang ku inginkan? Tidak! Dunia ini sudah berubah! Inilah dunia yang ku impi-impikan!
Kalau aku menyerah... kalau aku menyerah..... aku.... Takkan Punya Tempat
Lagiiii!!!! "Aaarrrrgh!!!!", aku berteriak sangat keras berusaha
sekuat tenaga melajh ke depan hanya demi melihat sepotong peristiwa yang ada di
depan sana. Aku menerobos kerumunan layaknya orang gila.
Dan.... akhirnya aku
sampai di tembok depan. Aku segera melihat ke lantai satu, sumber suara tadi
berasal. Aku melihatnya! Terdapat sebuah penghalang setengah lingkaran dan di
dalamnya terdapat dua orang pria remaja yang saling berkelahi, yang satu
dipenuhi luka dan darah, yang satu lagi nampak tak sebutir debu pun menempel
padanya.
Tunggu.... itu..... itu
Dio!! Seseorang yang terluka penuh darah itu adalah Dio. Dia adalah teman
sekelasku. Meski dia tidak masuk ranking 10 besar, tapi dia adalah seniman
terbaik di kelas. Dia bahkan mengajariku cara menggambar dan bermain gitar. Aku
tak percaya, orang yang berkelahi di hari pertama adalah dia!
"Itukah kemampuan
A-ranker yang digosipkan di media sosial?", aku mendengar percakapan orang
di sebelah kananku. Jujur aku pun terkejut, kukira itu hanyalah mitos. Tapi
sekarang aku melihatnya sendiri tepat di depan mataku sendiri.
Tunggu!! Dio.... Dio... dia
memukul wajahnya sendiri!! "Apa yang kau lakukan??!!!!", aku
berteriak tak peduli orang yang melihatku saat itu. Serentak semua siswa yang
ada di luar melihat ke arahku termasuk Ardi yang berada tak jauh dari ku.
"Dia benarrr!!! Apa yang kau lakukan?!!!", salah seorang berteriak
keras seperti ku dari ujung sana. Ada yang mengerti maksudku! Rupanya orang
disana pasti teman dari salah satu kedua petarung tersebut. "Cepat hajar
diaaaaaa!!!!", buset!! Ternyata orang tadi ingin pertandingannya
dilanjutkan bukan berhenti.
"Benar!!! Bunuh
dia!!!" "Hajar!!!" "Penggal kepalanya!!" "Ambil
uangnya!!!!" "Cabuli diaaaa!!!", aku menutup kepalaku dengan
tangan karena merasa malu bajwa kata-kata ku malah membuat mereka tambah
bersemangat. Tak lama Ardi datang menepuk pundakku. Pukkk.... "Nice Bomb
kawan!", dia tersenyum lebar dan menunjukkan jempolnya padaku. Kukira dia
akan menyemangatiku, menurutku itu lebih ke menusuk empeduku.
Daakkk!!! Kelihatannya Dio
yang sudah berlumurkan banyak darah sudah tak kuat lagi dan terjatuh. Apa yang
dia pikirkan? Kenapa dia memukuli dirinya sendiri? Apa Dio takut kepada orang
itu? Penghalang lingkaran itu pun menghilang seakan menunjukan sang pemenang
adalah pemilik kekuatannya.
Aku mulai berpikir, aku
menduga kalau penghalang itu memang kemampuan milik orang dari SMA lain itu.
Dan siapapun yang memasukki penghalang itu akan dikendalikan oleh orang itu.
Karena itulah Dio sampai bisa kalah.
Tenonenonetnonenonet!!!, bel
sekolah sudah berbunyi, tanda pelajaran pertama siap dimulai. Aku harus segera
masuk kembali ke kelas, jadi aku harus meninggalkan koridor atas. Terakhir kali
ku lihat guru-guru pada datang ke tempat kejadian. Sebagian membawa Dio ke UKS
dan sebagian lagi mengerubung di tempat siswa dari SMA lain itu. Sejenak
terlintas di pikiranku kalau orang itu akan dimarahi habis-habisan oleh para
guru, tapi kalau orang itu mau, dia bisa membunuh semua guru di situ dengan
kemampuan A-rankernya itu.
-------------------------------------------------Di
dalam kelas-------------------------------------------------------
"Yah anak-anak,
selamat pagi!!! Maaf tadi ada kejadian tak terduga di bawah tapi jangan
khawatir karena itu akan segera kami selesai kan. Oke, gimana liburan kalian?
Kan selama 2 minggu ini ada kejadian perubahan di dunia ya, kita semua jadi
punya skill, kemampuan, macam-macam kan. Nah, siapa yang mau cerita ke depan?"
Ini guru dapat skill
nge-rap selama liburan ya? Kok ngomong satu paragraf bisa secepat ini? Hei
seseorang, katakan padaku ini pelajaran Bahasa Indonesia atau Bahasa Hip-Hop?
Ah percuma saja, dari tadi aku cuma bicara dalam hati.
"Anu... aku mau cerita
bu", wah terimakasih Rimba, kau menyelamatkanku dari tunjukkan ibu guru rap
ini. Karena biasanya aku lah yang sering ditunjuk karena nilaiku selalu besar.
Rimba maju ke depan dan menceritakannya pengalamannya mendapat kekuatan sampai
menjadi B-ranker sepertiku. Lucu sekali dia menceritakannya, sampai-sampai
membuat seluruh isi kelas tertawa, terutama saat dia menceritakan bahwa dia
pertamakali mendapat notif stat dari game master saat sedang boker di jamban,
dan ia tak sengaja cebok memakai hpnya yang sedang dibawa di tangan kirinya.
Rimba pun selesai
menceritakan pengalamannya dan kembali duduk di kursinya. Tok-tok-tok!!
terdengar suara ketukan pintu. Sepertinya Dio telah kembali dari UKS. Bu guru
membuka pintu dan menyapanya. Tunggu!! Dia anak dari SMA lain yang berkelahi
dengan Dio. Dalam sekejap semua siswa di kelas memandanginya.
"Selamat pagi, saya adalah
murid bar-"
"-Yah, akhirnya datang juga.
Ayo masuk, perkenalan diri ke teman-teman, yuk. Tadi kenapa? Ada apa? Itu teh
kamu yang duluan ngajak berantem? Kenapa? Awas kalau dikelas ini kamu bebas
kecuali dua hal. Satu, kamu kamu ga boleh PDKT sama Wanda. Dua, kamu ga boleh
berkelahi. Ya?! Jangan berkelahi lagi ya?! Oke?! Sip! Sok perkenalin diri dulu
di depan kelas atuh! Jangan malu-malu! Semuanya pada baik kok kecuali Wanda,
makanya jangan deketin dia. Sok atuh sok!"
Siapa saja, hentikan guru itu
berbicara!!! Aku tak sanggup belajar 3 jam bersamanya!!! Dia tadi baca Surah
kan?!!! Dia baca do'a kan?!! Hei, kayaknya semua materi kelas 10 akan habis
dalam waktu 2 kali pertemuan!!! Hei!!! Kalian dengar aku?!!! Kenapa dari tadi
aku cuma bicara dalam hati?!!!!
"Maaf bu, kayaknya salah kelas"
"Tunggu dulu-", bu guru
itu meremas pundak murid barunya!! Dia bukan seorang guru lagi!!! Dia... dia...
"Mau kemana
kamu?!!!" (terdapat bayangan efek backsound petir), Sadako!!!!! Dia
hantu Sadako!!! Cepat lari murid baru, lihatlah matanya!!! Dia melotot tajam ke
arahmu!!! Kenapa suaraku tak pernah sampai kepada satu orang pun!!!
"Bercanda,
ahahahaha", murid SMA lain itu mengeluarkan banyak keringat. Dia takut
kan?!! Tapi dia tetap masuk ke dalam kelas dan berdiri di depan papan tulis
seraya menghadap ke arah kami.
"Ehm ehm,
perkenalkan nama saya Rafi Marafiq. Saya baru-", dia memotong
perkenalannya dan bengong melihat ke arahku. "Saya baru apa?", tanya
Wanda yang dari tadi terus melihatnya dan mencoba untuk menggodanya. "Oh,
saya baru pindah dari SMA Galacticus ke SMA ini. Untuk alasannya adalah privasi
saya. Dan kejadian tadi pagi memang adalah ulah saya. Maafkan saya dan mohon
bantuan ke depannya", pria itu melanjutkan perkenalannya dan duduk di
kursi tepat di depanku.
Aku memberi isyarat pada Ardi
dan Ardi mengiyakannya. "Emmm... anu... kalau boleh bertanya, kenapa kau
berkelahi dengan anak dari sekolah ini tadi pagi? Apa kau menjalankan sebuah
quest untuk berkelahi dengan salah satu siswa kami?", aku merendahkan
suaraku agar tak terdengar oleh bu guru. Dia menoleh ke arah belakang karena
panggilanku.
"Ahahaha, tidak perlu
seformal itu Roja", dia tertawa kecil hingga mengatupkan matanya.
..................................................................................
Aku amat sangat terkejut mengetahui
bahwa ia mengetahui namaku, "B-Bagaimana kau tau namaku?".
"-Siapa kau? Dan apa tujuanmu kemari? Kejadian di pagi tadi bukan karena
quest kan?", Ardi tiba-tiba memotong pembicaraan kami dengan nada beratnya.
"Ahahaha, santai-santai. Akan
aku jelaskan kalau istirahat tiba, jadi tenang saja", murid baru itu
menjawab pertanyaan Ardi dengan santainya.
------------------------------------------------Saat
istirahat----------------------------------------------------------
Aku kembali memberi isyarat kepada
Ardi dan Ardi pun kembali mengiyakannya.
"Rafi", panggilku.
"Oh iya, aku hampir lupa"
"Kalau begitu saatnya
kau menjelaskan semuanya"
"Baik dari mana dulu
ya... oh iya. Aku berkelahi dengan siswa itu memang bukan karena quest",
Rafi merapatkan kursinya ke meja kami.
"Jadi benar... untuk
apa?"
"Karena aku sedang ingin
mengumpulkan A-ranker"
"A-ranker?", aku
kembali mengingat sebuah penghalang setengah lingkaran yang ia keluarkan tadi
pagi, "Jadi memang yang mengeluarkan penghalang itu adalah kau?".
"Ahahaha, kalian salah
sangka", Rafi tertawa hingga meneteskan beberapa air mata. Tak tahan
melihatnya, Ardi langsung menggebrak meja dan memelototinya, membuat seisi
kelas ini fokus kepada kita.
"ssssttt, Ardi
tenanglah", aku berbisik pelan agar tak bertambah panjang masalahnya.
"Hei hei santai mas bro.
Akan kujelaskan semua. Memang benar aku adalah A-ranker dan punya kemampuan
spesial, tapi yang mengeluarkan sangkar itu adalah dia", Rafi masih tetap
tenang meski sudah ditegur oleh Ardi.
"Maksudmu?",
tanyaku menelusuri dan mencoba memahami semua kata-katanya.
"Artinya dia juga
A-ranker", Deg!!, Dio...adalah...A-ranker? Yah itu wajar saja karena kita
tak bertemu sekitar 2 mingguan, tapi dalam 2 minggu pula mempunyai kekuatan
A-ranker, bukankah itu hal yang mustahil. Aku menoleh ke arah Ardi. Dia
menunjukan ekspresi terkejut tanpa berbicara sepatah katapun.
"Dengar, aku tak tau
apapun tentang skill dia, tapi aku bersumpah kalau itu memang kemampuannya"
"Yang lebih penting....
apa tujuanmu ke sekolah ini? Dan bagaimana bisa para dewan guru melepasmu
setelah kegiatan tadi pagi?"
"Sudah kubilang kalau
alasanku datang kemari itu privasi jadi aku takkan menjawabnya. Dan guru-guru
melepasku setelah tau siapa orang tuaku"
"Haha, dasar orang
kaya", aku mulai bosan dengan keadaan sekolah ini, hanya dengan disogok,
segala macam kejahatan terselesaikan. Lalu apa gunanya kita belajar 3 tahun di
sini?
"Haduuuuh, jangan memuji
begitu dong, Roja. Aku jadi malu (0o0)"
"Oh iya, jelaskan
bagaimana kau tau namaku?", aku mulai memasuki mode seriusku.
"Hahahahahaha, jadi kau
masih belum ingat ya?", aku berganti mood menjadi bingung. Aku mengangkat
alisku dan membuat wajah poler face seperti biasa saat aku sedang bingung.
"Apa maksudmu?",
Ardi kembali menyela pembicaraan kami tapi kali ini dengan baik-baik.
"Aku Rafi Marafiq"
"Iya, aku sudah tau"
"Teman SD-mu, Rojaaaa,
sedihnya terlupakan (T-T)"
"Rafi?", aku
mencoba mengingat kembali wajah-wajah dan nama-nama teman SD-ku.
Rafi...Rafi...Rafi...Rafi Afif, bukan. Rafi...Rahmansyah, bukan. Rafi.....
Ah!!! "Kau Rafi Marafiq dari kelas 6-B yang pendek dan kurus itu kan?!"
"Jahatnya Roja, jangan
sebutkan kejelekanku dulu dong!! (T_T)"
"Tak kusangka kau jadi tinggi
dan sekeren ini!!"
"Tadi kamu bikin aku
nangis, sekarang kamu kasih aku harapan, kamu tuh orangnya labil ya?"
"Rafi", Ardi kembali
menyela pembicaraan reuni ini.
"Apa? Ada yang ingin kau
tanyakan lagi?", Rafi menyandarkan posisi duduknya seakan siap menjawab
beberapa pertanyaan pun.
"Mungkin ini tidak enak
bagimu, dan kami tak tau apa urusanmu dengan Dio, tapi kau harus meminta maaf
padanya", Ardi memaksanya. Begitulah Ardi, dia cenderung melindungi
teman-temannya secara moral. Dia juga terkenal keras kepala dan maunya sendiri.
Entah kenapa Tuhan memberikan kekuatan yang tinggi bagi orang yang egois. Apa
aku juga harus menjadi egois?
"Dio? Berarti dia teman
kalian?"
"Dia biasa duduk di
tempat yang kamu duduki sekarang", Rafi spontan melihat ke arah bawah
(kursi). Ia langsung berdiri dari kursi itu, "Ayo kita ke UKS!".
Aku dan Ardi saling
berhadap-hadapan muka dan Ardi menaikan kedua pundaknya. Yah, tak ada pilihan
lain selain mengikuti maunya. Aku, Ardi dan si murid baru pun pergi menuju UKS
untuk bertemu dengan Dio.
Sembari berjalan menuju UKS,
kami saling bertukar informasi mengenai stat dan membuat jalinan pertemanan di
aplikasi. Dari hasil yang kudapat adalah :
Rafi Marafiq
-Intelegence
: 85
-Power Strong : 113
-Power Defence : 108
-Agility
: 101
-Speed
: 75
A-ranker skill :
Fi-
"Kita sudah sampaikan?",
baru saja aku hendak membacanya nyatanya kita sudah sampai di UKS. Rafi membuka
pintunya lebih dahulu, Ngeeeeettt, "Halo!! Anybody in here?".
Karena tak ada jawaban, kita
bertiga masuk kedalam. Tak ada siapa-siapa di sini. Hanya ruangan gelap yang kosong
dan beberapa peralatan medis. Entah kenapa perasaanku tak enak akan ini.
"Yah sepertinya ia sudah
pula-"
Jebreeeet!!!! Sebuah
tendang melesat mengenai punggung Rafi hingga terjatuh. "Bangsat!!! Kau
masih dendam kepadaku ya?!!", Rafi hendak membalasnya dengan cara menekel
kaki Dio dengan kakinya tetapi terlalu lambat sehingga Dio lompat ke belakang
untuk menghindarinya. Dio yang tengah melompat langsung menjentikan jari di
tangan kirinya, Clickk!!, dan sebuah penghalang yang sama persis seperti yang
aku lihat tadi pagi muncul kembali dari tubuh Dio.
"Jadi benar kalau Dio
adalah A-ranker juga?", Ardi menanyakan hal yang tak tepat saat
pertarungan ini dimulai kembali. "Jadi kalian sudah percaya kan?!!!",
Rafi mencoba menyerang Dio berkali-kali tapi tak ada satu pun serangannya yang
mengenai bagian tubuh Dio yang terbalut banyak perban itu. Dan kini Dio lang
yang memimpin karena serangan cepatnya mengenai bagian leher dan perut Rafi.
Rafi terhantam ke belakang
dan menabrak penghalang yang sudah Dio buat. Melihat hal itu, aku dan Ardi
berusaha meneriaki mereka agar tak berkelahi, tapi mereka tak mau mendengarkan
kami dan tetap melakukan pertarungan di dalam penghalang. Tak tanggung, aku dan
Ardi berusaha melerai mereka, akan tetapi penghalang keras ini menghlangi kami
untuk masuk. Kami terpaksa hanya bisa melihat mereka saling adu kemampuan.
"Tunggu!!", aku teringat
sesuatu.
"Ada apa, Ja?"
"Bukankah tadi pagi Dio
memukuli wajahnya sendiri?"
" Ah! Benar juga. Kalau begitu
kenapa Rafi tak dapat melakukan kemampuan itu lagi? Apa batasnya hanya bisa
digunakan sekali dalam sehari?", Ardi memegangi dagunya tanda sedang
memikirkan sesuatu yang logis.
"Mungkin.... ada syarat
tertentu untuk melakukannya", aku spontan mengatakan hal itu.
"Kalau itu juga aku tau, tapi
seperti apa?"
"Mungkin seperti ritual, dia
haru mengambil darah dari lawannya dulu?"
"Begitu kah?", Ardi
mengiyakan saja jawabanku karena mengira aku lebih pintar darinya.
Sementara itu, pertarungan
mereka sepertinya hampir mencapai puncaknya. Dio sudah mulai kelelahan
menghindari serangan dari Rafi dan Rafi sudah banyak mengeluarkan darah dari
mulut dan hidungnya karena beberapakali dihantam oleh Dio.
Terlihat mereka berdua
berdiam diri sejenak dan mengatur nafas mereka dalam-dalam. Tak lama, mereka
mulai menundukkan badan. 3...2...1 Mereka saling mempertaruhkan kemenangan
lewat serangan terakhir.
Rafi mengarahkan tendangan
dari kaki kanannya kepada Dio, sementara Dio hendak memukul Rafi dari sisi
kanan. Ssssssttttt sssuuuiitt!!! Tiba-tiba Rafi mengubah jalurnya dengan
memutar tubuhnya 360 derajat lalu hendak memukul Dio dari sisi kiri, dan.....
Dakkkk!!! Srrrreepp!! Tiba-tiba
pula tubuh Dio yang hendak dipukul oleh Rafi berubah menjadi jarum suntik yang
menusuk tangan kanannya hingga mengeluarkan banyak darah. Dan kini Dio sedang
berada di atas meja UKS. Dio menghilangkan penghalang yang ia buat dengan
menjentikkan jari tangan kanannya.
"Aaarrrgggh!!!", Rafi
mencoba menahan rasa sakitnya dengan berteriak. Ia mencabut paksa, suntikan
yang menancap di punggung tangannya itu.
"Sudah cukup! Kali ini kau
yang kalah murid asing!", Dio akhirnya berbicara setelah sekian lama tak
bertemu. "Kemampuanmu bukan mengendalikan orang kan? Kemampuanmu yang
sebenarnya adalah harus menyentuh lawanmu dulu dengan telapak tanganmu baru kau
dapat mengendalikannya. Aku menyadarinya karena tadi pagi kau menamparku
duluan", Dio seperti orang yang telah naik pangkat dari pion menjadi Benteng,
ia bertambah bijaksana.
"Ardi, apa kemampuan A-rank
skill milik Rafi", aku segera menanyakannya.
"Ah? kalau tidak salah....
F-Fi-Fibrination", Ardi melihat ke atas tanda ia hampir lupa.
"Fibrination kalau di ubah
menjadi Fibrinogen yang artinya bahasa latin dari benang", aku langsung
menyimpulkan dengan cepat.
"Kau
benar....ahahahaha...akhirnya terungkap juga", Rafi tertawa setelah
menahan sakit. Ia juga nampak sehat-sehat saja. Bahkan darah dan luka bekas
jarumnya pun sembuh. "Aku adalah pengguna kekuatan Fibrinogen, aku dapat
mengendalikan orang hanya dengan benang-benang mikroskopisku. Tapi aku haru
menyentuh orang itu dulu agar benangku dapat menempel di tubuh orangnya",
ia berhenti sejenak untuk menghela nafas. "Kemampuan Fibrinogen juga bisa
dipakai untuk menyembuhkan luka-lukaku seperti yang kau lihat ini", Rafi
mulai tersenyum tak waras. "Akan kukatakan pada kalian...", Kami
bertiga fokus kepada ucapannya. "Maksud kedatanganku ke sekolah ini
adalah.... untuk mengumpulkan para A-ranker".