Kamis, 11 Februari 2016

Chapter 01 : Game & Player

Bagian 1
   06.20, 10 menit lagi hingga bel masuk sekolah dibunyikan pertama kalinya di semester dua ini. Semua teman yang sudah datang ke kelas saling mengobrol satu sama lain tentang liburan mereka selama 2 minggu. Ke pantai, gunung, mall, balap liar, paint ball, dan lain-lain. Sementara aku hanya menghabiskan waktu liburanku dengan belajar dan lari pagi.
   Belajar-belajar-belajar! Itulah yang selalu ibu ku katakan. Jika kau punya waktu untuk menonton, belajarlah! Hahah, memangnya mendapat nilai bagus itu berguna? Toh dia dapat pekerjaan bukan karena nilai. Bukan berarti aku ingin menjadi seperti dia, aku hanya tak suka yang namanya terlalu terpaku pada aturan. Menurutku, ada aturan itu bagus, tapi jika kau terlalu terpaku pada aturan, berarti kau setuju menganggap dirimu hanyalah boneka atau semacam robot kendali.
   "Semester dua masih murung aja? Tenang, ranking 1 mah emang pintar", suara seseorang menyapaku dari samping meja. Dia Ardi, dia adalah ranking 2 di kelasku semester lalu. Dia juga adalah juara silat di sekolah ini. Siapapun tau tentang si Maung Jawara, Ardi. Perawakannya setinggi aku dan tergolong wajah mirip korea. Eh, rupanya selama liburan dia meninggikan badan. Dia jadi jauh lebih tinggi dari aku.
   "Hei, bagaimana statmu?", tanyanya mengerutkan alis.
    Stat???.......
    Astaga!!! Aku lupa! Aku segera mengecek statku di ponselku dan memperlihatkannya kepada Ardi. "Ajiggg!!! Intelegennya 159?!! Wah ternyata kamu benar-benar pintar!!!", Dia berteriak layaknya orang kesurupan sementara orang lain tak tertarik pada stat Intelegence. Kalau di perhatikan lebih seksama lagi... ya ampun, ternyata mereka sedang mengobrol tentang Stat mereka, bukan liburan.
   Yah, beginilah dunia setelah 2 minggu yang lalu. Tiba-tiba saja muncul notif aneh di hape tentang game mengenai kehidupan pada semua orang. Sejak bertemu dengan kupu-kupu itu, tiba-tiba ia hilang dalam cahaya seperti tak terjadi apa-apa. Setelah itu aku mendapat notif itu. Awalnya aku kira itu guyonan. Tapi semua orang mulai membicarakannya dan itu benar-benar terjadi.
   Didalam stat itu terdapat tulisan; Intelegence, Power Strong, Power Deffence, Agility, dan Speed. Dan disamping tulisan-tulisan itu terdapat point yang merupakan dasar kekuatan kita. Point-point itu dapat kita tambahkan sampai tak terbatas. Point-point itu didapat dari hasil reward quest tersendiri. Semakin banyak point semakin kuat kamu, kamu bahkan dapat mengaplikasikan kekuatan statmu kedalam kehidupan sehari-harimu. Misalkan aku tambahkan 5 point ke dalam Intelegenceku, maka Intelegenceku bertambah dari 159 menjadi 164, dan aku semakin mudah mengerjakan soal-soal pelajaran dan ulangan. Pernah terpikirkan olehku bagaimana jika ada yang meng hack sistemnya, tapi sampai saat ini masih ada yang bisa melakukannya. Kudengar orang yang mencoba menghack sistemnya akan mati mengenaskan, jadi tak kulakukan hal itu. Yah, benar, dunia ini berubah menjadi panggung permainan, permainan yang amat sangat menyeramkan.
   "Aku juga mau lihat dong", pintaku gantian. Setelah itu dia mengirimkan datanya lewat share di beranda pertemanan aplikasi itu.
Ardi Rahdiansyah
-Intelegence          : 96 point
-Power strong       : 145 point
-Power deffence   : 81 point
-Agility                 : 117 point
-Speed                   : 95 point
    "Seperti yang diharapkan dari Maung Jawara sekolah ini, kau kuat sekali ya...", aku paksakan senyumku meski sesak di dada mengakui bahwa dia lebih hebat dariku. "Ah... hebat dari mananya? Nilai Intelegence mu malah lebih tinggi dari stat tertinggiku (Power strong). Dalam hati aku bergumam bahwa sebenarnya di dunia ini, kepintaran sudah tak berlaku lagi. Ini dunia dimana kekuatan adalah segalanya. Kalau kau lemah, kau bisa saja mati. Bahkan karena game ini, banyak preman, begal, dan geng motor kembali meneror dunia.
    "Quest macam apa yang kau dapat selama liburan?", aku masih tak percaya kalau dia menjadi sekuat itu hanya dalam 2 minggu. Tapi memang sih, awal mendapat stat itu dari game master langsung berpuluh-puluhan, kita hanya mendapat beberapa point saja setelah menjalankan quest. Itu berarti..... Ardi sudah mempunyai Power Strong diatas 100 sejak statnya pertama kali didapatkan! Ahhh.... ternyata aku benar-benar lemah.
     "Aku mendapat que-" "BRAAAAKKKK!!!", baru saja ia henak menjawab, terdengar suara tembok bata yang runtuh dari lapangan sekolah. Mendengar hal itu, semua orang berlalu lalang meninggalkan kelas untuk melihatnya. Tak mau ketinggalan, aku pun ikut berdesakkan bersama Ardi untuk melihatnya. Sraaak Sreeek... aku terus bergesekan dengan badan mereka yang kuat-kuat karena point yang tinggi mungkin. Sementara itu Ardi yang memiliki fisik point yang tinggi terus melaju meninggalkanku.
  "Hah! Ada anak yang berkelahi?!" "Aku tak percaya!! Inikan baru pertama kali masuk sekolah di semester dua!!" "Hey!! Diakan anak dari SMA lain!!!, mereka bergosip di depanku, sementara aku tersiksa di antara kerumunan mereka. Sempat terpikir olehku untuk menyerah dan kembali ke kelas saja, tapi... apa itu yang ku inginkan? Tidak! Dunia ini sudah berubah! Inilah dunia yang ku impi-impikan! Kalau aku menyerah... kalau aku menyerah..... aku.... Takkan Punya Tempat Lagiiii!!!! "Aaarrrrgh!!!!", aku berteriak sangat keras berusaha sekuat tenaga melajh ke depan hanya demi melihat sepotong peristiwa yang ada di depan sana. Aku menerobos kerumunan layaknya orang gila.
    Dan.... akhirnya aku sampai di tembok depan. Aku segera melihat ke lantai satu, sumber suara tadi berasal. Aku melihatnya! Terdapat sebuah penghalang setengah lingkaran dan di dalamnya terdapat dua orang pria remaja yang saling berkelahi, yang satu dipenuhi luka dan darah, yang satu lagi nampak tak sebutir debu pun menempel padanya.
    Tunggu.... itu..... itu Dio!! Seseorang yang terluka penuh darah itu adalah Dio. Dia adalah teman sekelasku. Meski dia tidak masuk ranking 10 besar, tapi dia adalah seniman terbaik di kelas. Dia bahkan mengajariku cara menggambar dan bermain gitar. Aku tak percaya, orang yang berkelahi di hari pertama adalah dia!
   "Itukah kemampuan A-ranker yang digosipkan di media sosial?", aku mendengar percakapan orang di sebelah kananku. Jujur aku pun terkejut, kukira itu hanyalah mitos. Tapi sekarang aku melihatnya sendiri tepat di depan mataku sendiri.
   Tunggu!! Dio.... Dio... dia memukul wajahnya sendiri!! "Apa yang kau lakukan??!!!!", aku berteriak tak peduli orang yang melihatku saat itu. Serentak semua siswa yang ada di luar melihat ke arahku termasuk Ardi yang berada tak jauh dari ku. "Dia benarrr!!! Apa yang kau lakukan?!!!", salah seorang berteriak keras seperti ku dari ujung sana. Ada yang mengerti maksudku! Rupanya orang disana pasti teman dari salah satu kedua petarung tersebut. "Cepat hajar diaaaaaa!!!!", buset!! Ternyata orang tadi ingin pertandingannya dilanjutkan bukan berhenti.
   "Benar!!! Bunuh dia!!!" "Hajar!!!" "Penggal kepalanya!!" "Ambil uangnya!!!!" "Cabuli diaaaa!!!", aku menutup kepalaku dengan tangan karena merasa malu bajwa kata-kata ku malah membuat mereka tambah bersemangat. Tak lama Ardi datang menepuk pundakku. Pukkk.... "Nice Bomb kawan!", dia tersenyum lebar dan menunjukkan jempolnya padaku. Kukira dia akan menyemangatiku, menurutku itu lebih ke menusuk empeduku.
   Daakkk!!! Kelihatannya Dio yang sudah berlumurkan banyak darah sudah tak kuat lagi dan terjatuh. Apa yang dia pikirkan? Kenapa dia memukuli dirinya sendiri? Apa Dio takut kepada orang itu? Penghalang lingkaran itu pun menghilang seakan menunjukan sang pemenang adalah pemilik kekuatannya.
   Aku mulai berpikir, aku menduga kalau penghalang itu memang kemampuan milik orang dari SMA lain itu. Dan siapapun yang memasukki penghalang itu akan dikendalikan oleh orang itu. Karena itulah Dio sampai bisa kalah.
   Tenonenonetnonenonet!!!, bel sekolah sudah berbunyi, tanda pelajaran pertama siap dimulai. Aku harus segera masuk kembali ke kelas, jadi aku harus meninggalkan koridor atas. Terakhir kali ku lihat guru-guru pada datang ke tempat kejadian. Sebagian membawa Dio ke UKS dan sebagian lagi mengerubung di tempat siswa dari SMA lain itu. Sejenak terlintas di pikiranku kalau orang itu akan dimarahi habis-habisan oleh para guru, tapi kalau orang itu mau, dia bisa membunuh semua guru di situ dengan kemampuan A-rankernya itu.

-------------------------------------------------Di dalam kelas-------------------------------------------------------
    "Yah anak-anak, selamat pagi!!! Maaf tadi ada kejadian tak terduga di bawah tapi jangan khawatir karena itu akan segera kami selesai kan. Oke, gimana liburan kalian? Kan selama 2 minggu ini ada kejadian perubahan di dunia ya, kita semua jadi punya skill, kemampuan, macam-macam kan. Nah, siapa yang mau cerita ke depan?"
    Ini guru dapat skill nge-rap selama liburan ya? Kok ngomong satu paragraf bisa secepat ini? Hei seseorang, katakan padaku ini pelajaran Bahasa Indonesia atau Bahasa Hip-Hop? Ah percuma saja, dari tadi aku cuma bicara dalam hati.
  "Anu... aku mau cerita bu", wah terimakasih Rimba, kau menyelamatkanku dari tunjukkan ibu guru rap ini. Karena biasanya aku lah yang sering ditunjuk karena nilaiku selalu besar. Rimba maju ke depan dan menceritakannya pengalamannya mendapat kekuatan sampai menjadi B-ranker sepertiku. Lucu sekali dia menceritakannya, sampai-sampai membuat seluruh isi kelas tertawa, terutama saat dia menceritakan bahwa dia pertamakali mendapat notif stat dari game master saat sedang boker di jamban, dan ia tak sengaja cebok memakai hpnya yang sedang dibawa di tangan kirinya.
   Rimba pun selesai menceritakan pengalamannya dan kembali duduk di kursinya. Tok-tok-tok!! terdengar suara ketukan pintu. Sepertinya Dio telah kembali dari UKS. Bu guru membuka pintu dan menyapanya. Tunggu!! Dia anak dari SMA lain yang berkelahi dengan Dio. Dalam sekejap semua siswa di kelas memandanginya.
  "Selamat pagi, saya adalah murid bar-"
  "-Yah, akhirnya datang juga. Ayo masuk, perkenalan diri ke teman-teman, yuk. Tadi kenapa? Ada apa? Itu teh kamu yang duluan ngajak berantem? Kenapa? Awas kalau dikelas ini kamu bebas kecuali dua hal. Satu, kamu kamu ga boleh PDKT sama Wanda. Dua, kamu ga boleh berkelahi. Ya?! Jangan berkelahi lagi ya?! Oke?! Sip! Sok perkenalin diri dulu di depan kelas atuh! Jangan malu-malu! Semuanya pada baik kok kecuali Wanda, makanya jangan deketin dia. Sok atuh sok!"
  Siapa saja, hentikan guru itu berbicara!!! Aku tak sanggup belajar 3 jam bersamanya!!! Dia tadi baca Surah kan?!!! Dia baca do'a kan?!! Hei, kayaknya semua materi kelas 10 akan habis dalam waktu 2 kali pertemuan!!! Hei!!! Kalian dengar aku?!!! Kenapa dari tadi aku cuma bicara dalam hati?!!!!
  "Maaf bu, kayaknya salah kelas"
  "Tunggu dulu-", bu guru itu meremas pundak murid barunya!! Dia bukan seorang guru lagi!!! Dia... dia...
   "Mau kemana kamu?!!!" (terdapat bayangan efek backsound petir),  Sadako!!!!! Dia hantu Sadako!!! Cepat lari murid baru, lihatlah matanya!!! Dia melotot tajam ke arahmu!!! Kenapa suaraku tak pernah sampai kepada satu orang pun!!!
   "Bercanda, ahahahaha", murid SMA lain itu mengeluarkan banyak keringat. Dia takut kan?!! Tapi dia tetap masuk ke dalam kelas dan berdiri di depan papan tulis seraya menghadap ke arah kami.
    "Ehm ehm, perkenalkan nama saya Rafi Marafiq. Saya baru-", dia memotong perkenalannya dan bengong melihat ke arahku. "Saya baru apa?", tanya Wanda yang dari tadi terus melihatnya dan mencoba untuk menggodanya. "Oh, saya baru pindah dari SMA Galacticus ke SMA ini. Untuk alasannya adalah privasi saya. Dan kejadian tadi pagi memang adalah ulah saya. Maafkan saya dan mohon bantuan ke depannya", pria itu melanjutkan perkenalannya dan duduk di kursi tepat di depanku.
   Aku memberi isyarat pada Ardi dan Ardi mengiyakannya. "Emmm... anu... kalau boleh bertanya, kenapa kau berkelahi dengan anak dari sekolah ini tadi pagi? Apa kau menjalankan sebuah quest untuk berkelahi dengan salah satu siswa kami?", aku merendahkan suaraku agar tak terdengar oleh bu guru. Dia menoleh ke arah belakang karena panggilanku.
   "Ahahaha, tidak perlu seformal itu Roja", dia tertawa kecil hingga mengatupkan matanya.
..................................................................................
  Aku amat sangat terkejut mengetahui bahwa ia mengetahui namaku, "B-Bagaimana kau tau namaku?". "-Siapa kau? Dan apa tujuanmu kemari? Kejadian di pagi tadi bukan karena quest kan?", Ardi tiba-tiba memotong pembicaraan kami dengan nada beratnya.
  "Ahahaha, santai-santai. Akan aku jelaskan kalau istirahat tiba, jadi tenang saja", murid baru itu menjawab pertanyaan Ardi dengan santainya.

------------------------------------------------Saat istirahat----------------------------------------------------------
  Aku kembali memberi isyarat kepada Ardi dan Ardi pun kembali mengiyakannya.
   "Rafi", panggilku.
   "Oh iya, aku hampir lupa"
   "Kalau begitu saatnya kau menjelaskan semuanya"
   "Baik dari mana dulu ya... oh iya. Aku berkelahi dengan siswa itu memang bukan karena quest", Rafi merapatkan kursinya ke meja kami.
   "Jadi benar... untuk apa?"
   "Karena aku sedang ingin mengumpulkan A-ranker"
   "A-ranker?", aku kembali mengingat sebuah penghalang setengah lingkaran yang ia keluarkan tadi pagi, "Jadi memang yang mengeluarkan penghalang itu adalah kau?".
   "Ahahaha, kalian salah sangka", Rafi tertawa hingga meneteskan beberapa air mata. Tak tahan melihatnya, Ardi langsung menggebrak meja dan memelototinya, membuat seisi kelas ini fokus kepada kita.
   "ssssttt, Ardi tenanglah", aku berbisik pelan agar tak bertambah panjang masalahnya.
   "Hei hei santai mas bro. Akan kujelaskan semua. Memang benar aku adalah A-ranker dan punya kemampuan spesial, tapi yang mengeluarkan sangkar itu adalah dia", Rafi masih tetap tenang meski sudah ditegur oleh Ardi.
   "Maksudmu?", tanyaku menelusuri dan mencoba memahami semua kata-katanya.
   "Artinya dia juga A-ranker", Deg!!, Dio...adalah...A-ranker? Yah itu wajar saja karena kita tak bertemu sekitar 2 mingguan, tapi dalam 2 minggu pula mempunyai kekuatan A-ranker, bukankah itu hal yang mustahil. Aku menoleh ke arah Ardi. Dia menunjukan ekspresi terkejut tanpa berbicara sepatah katapun.
   "Dengar, aku tak tau apapun tentang skill dia, tapi aku bersumpah kalau itu memang kemampuannya"
   "Yang lebih penting.... apa tujuanmu ke sekolah ini? Dan bagaimana bisa para dewan guru melepasmu setelah kegiatan tadi pagi?"
   "Sudah kubilang kalau alasanku datang kemari itu privasi jadi aku takkan menjawabnya. Dan guru-guru melepasku setelah tau siapa orang tuaku"
   "Haha, dasar orang kaya", aku mulai bosan dengan keadaan sekolah ini, hanya dengan disogok, segala macam kejahatan terselesaikan. Lalu apa gunanya kita belajar 3 tahun di sini?
   "Haduuuuh, jangan memuji begitu dong, Roja. Aku jadi malu (0o0)"
   "Oh iya, jelaskan bagaimana kau tau namaku?", aku mulai memasuki mode seriusku.
   "Hahahahahaha, jadi kau masih belum ingat ya?", aku berganti mood menjadi bingung. Aku mengangkat alisku dan membuat wajah poler face seperti biasa saat aku sedang bingung.
   "Apa maksudmu?", Ardi kembali menyela pembicaraan kami tapi kali ini dengan baik-baik.
   "Aku Rafi Marafiq"
   "Iya, aku sudah tau"
   "Teman SD-mu, Rojaaaa, sedihnya terlupakan (T-T)"
   "Rafi?", aku mencoba mengingat kembali wajah-wajah dan nama-nama teman SD-ku. Rafi...Rafi...Rafi...Rafi Afif, bukan. Rafi...Rahmansyah, bukan. Rafi..... Ah!!! "Kau Rafi Marafiq dari kelas 6-B yang pendek dan kurus itu kan?!"
   "Jahatnya Roja, jangan sebutkan kejelekanku dulu dong!! (T_T)"
  "Tak kusangka kau jadi tinggi dan sekeren ini!!"
   "Tadi kamu bikin aku nangis, sekarang kamu kasih aku harapan, kamu tuh orangnya labil ya?"
  "Rafi", Ardi kembali menyela pembicaraan reuni ini.
  "Apa? Ada yang ingin kau tanyakan lagi?", Rafi menyandarkan posisi duduknya seakan siap menjawab beberapa pertanyaan pun.
  "Mungkin ini tidak enak bagimu, dan kami tak tau apa urusanmu dengan Dio, tapi kau harus meminta maaf padanya", Ardi memaksanya. Begitulah Ardi, dia cenderung melindungi teman-temannya secara moral. Dia juga terkenal keras kepala dan maunya sendiri. Entah kenapa Tuhan memberikan kekuatan yang tinggi bagi orang yang egois. Apa aku juga harus menjadi egois?
   "Dio? Berarti dia teman kalian?"
   "Dia biasa duduk di tempat yang kamu duduki sekarang", Rafi spontan melihat ke arah bawah (kursi). Ia langsung berdiri dari kursi itu, "Ayo kita ke UKS!".
   Aku dan Ardi saling berhadap-hadapan muka dan Ardi menaikan kedua pundaknya. Yah, tak ada pilihan lain selain mengikuti maunya. Aku, Ardi dan si murid baru pun pergi menuju UKS untuk bertemu dengan Dio.
   Sembari berjalan menuju UKS, kami saling bertukar informasi mengenai stat dan membuat jalinan pertemanan di aplikasi. Dari hasil yang kudapat adalah :
Rafi Marafiq
-Intelegence       : 85
-Power Strong    : 113
-Power Defence : 108
-Agility                : 101
-Speed                : 75
A-ranker skill     : Fi-
   "Kita sudah sampaikan?", baru saja aku hendak membacanya nyatanya kita sudah sampai di UKS. Rafi membuka pintunya lebih dahulu, Ngeeeeettt, "Halo!! Anybody in here?".
   Karena tak ada jawaban, kita bertiga masuk kedalam. Tak ada siapa-siapa di sini. Hanya ruangan gelap yang kosong dan beberapa peralatan medis. Entah kenapa perasaanku tak enak akan ini.
   "Yah sepertinya ia sudah pula-"
    Jebreeeet!!!! Sebuah tendang melesat mengenai punggung Rafi hingga terjatuh. "Bangsat!!! Kau masih dendam kepadaku ya?!!", Rafi hendak membalasnya dengan cara menekel kaki Dio dengan kakinya tetapi terlalu lambat sehingga Dio lompat ke belakang untuk menghindarinya. Dio yang tengah melompat langsung menjentikan jari di tangan kirinya, Clickk!!, dan sebuah penghalang yang sama persis seperti yang aku lihat tadi pagi muncul kembali dari tubuh Dio.
   "Jadi benar kalau Dio adalah A-ranker juga?", Ardi menanyakan hal yang tak tepat saat pertarungan ini dimulai kembali. "Jadi kalian sudah percaya kan?!!!", Rafi mencoba menyerang Dio berkali-kali tapi tak ada satu pun serangannya yang mengenai bagian tubuh Dio yang terbalut banyak perban itu. Dan kini Dio lang yang memimpin karena serangan cepatnya mengenai bagian leher dan perut Rafi.
   Rafi terhantam ke belakang dan menabrak penghalang yang sudah Dio buat. Melihat hal itu, aku dan Ardi berusaha meneriaki mereka agar tak berkelahi, tapi mereka tak mau mendengarkan kami dan tetap melakukan pertarungan di dalam penghalang. Tak tanggung, aku dan Ardi berusaha melerai mereka, akan tetapi penghalang keras ini menghlangi kami untuk masuk. Kami terpaksa hanya bisa melihat mereka saling adu kemampuan.
  "Tunggu!!", aku teringat sesuatu.
  "Ada apa, Ja?"
  "Bukankah tadi pagi Dio memukuli wajahnya sendiri?"
  " Ah! Benar juga. Kalau begitu kenapa Rafi tak dapat melakukan kemampuan itu lagi? Apa batasnya hanya bisa digunakan sekali dalam sehari?", Ardi memegangi dagunya tanda sedang memikirkan sesuatu yang logis.
  "Mungkin.... ada syarat tertentu untuk melakukannya", aku spontan mengatakan hal itu.
  "Kalau itu juga aku tau, tapi seperti apa?"
  "Mungkin seperti ritual, dia haru mengambil darah dari lawannya dulu?"
   "Begitu kah?", Ardi mengiyakan saja jawabanku karena mengira aku lebih pintar darinya.
   Sementara itu, pertarungan mereka sepertinya hampir mencapai puncaknya. Dio sudah mulai kelelahan menghindari serangan dari Rafi dan Rafi sudah banyak mengeluarkan darah dari mulut dan hidungnya karena beberapakali dihantam oleh Dio.
   Terlihat mereka berdua berdiam diri sejenak dan mengatur nafas mereka dalam-dalam. Tak lama, mereka mulai menundukkan badan. 3...2...1 Mereka saling mempertaruhkan kemenangan lewat serangan terakhir.
   Rafi mengarahkan tendangan dari kaki kanannya kepada Dio, sementara Dio hendak memukul Rafi dari sisi kanan. Ssssssttttt sssuuuiitt!!! Tiba-tiba Rafi mengubah jalurnya dengan memutar tubuhnya 360 derajat lalu hendak memukul Dio dari sisi kiri, dan.....
  Dakkkk!!! Srrrreepp!! Tiba-tiba pula tubuh Dio yang hendak dipukul oleh Rafi berubah menjadi jarum suntik yang menusuk tangan kanannya hingga mengeluarkan banyak darah. Dan kini Dio sedang berada di atas meja UKS. Dio menghilangkan penghalang yang ia buat dengan menjentikkan jari tangan kanannya.
  "Aaarrrgggh!!!", Rafi mencoba menahan rasa sakitnya dengan berteriak. Ia mencabut paksa, suntikan yang menancap di punggung tangannya itu.
  "Sudah cukup! Kali ini kau yang kalah murid asing!", Dio akhirnya berbicara setelah sekian lama tak bertemu. "Kemampuanmu bukan mengendalikan orang kan? Kemampuanmu yang sebenarnya adalah harus menyentuh lawanmu dulu dengan telapak tanganmu baru kau dapat mengendalikannya. Aku menyadarinya karena tadi pagi kau menamparku duluan", Dio seperti orang yang telah naik pangkat dari pion menjadi Benteng, ia bertambah bijaksana.
  "Ardi, apa kemampuan A-rank skill milik Rafi", aku segera menanyakannya.
  "Ah? kalau tidak salah.... F-Fi-Fibrination", Ardi melihat ke atas tanda ia hampir lupa.
  "Fibrination kalau di ubah menjadi Fibrinogen yang artinya bahasa latin dari benang", aku langsung menyimpulkan dengan cepat.
   "Kau benar....ahahahaha...akhirnya terungkap juga", Rafi tertawa setelah menahan sakit. Ia juga nampak sehat-sehat saja. Bahkan darah dan luka bekas jarumnya pun sembuh. "Aku adalah pengguna kekuatan Fibrinogen, aku dapat mengendalikan orang hanya dengan benang-benang mikroskopisku. Tapi aku haru menyentuh orang itu dulu agar benangku dapat menempel di tubuh orangnya", ia berhenti sejenak untuk menghela nafas. "Kemampuan Fibrinogen juga bisa dipakai untuk menyembuhkan luka-lukaku seperti yang kau lihat ini", Rafi mulai tersenyum tak waras. "Akan kukatakan pada kalian...", Kami bertiga fokus kepada ucapannya. "Maksud kedatanganku ke sekolah ini adalah.... untuk mengumpulkan para A-ranker".


Pysche Prolog

PROLOG
    
    Hujan mengguyur kota Bandung di sore itu... Aku melihatnya... kupu-kupu biru yang tetap terbang menerjang badai hujan. Ku eratkan kedua ujung kakiku dan melingkarkan tanganku seraya memeluk diriku sendiri. Di hawa yang sedingin ini dia masih tetap menelusuri jalannya.
    Cahayanya berkilau. Indah.... Cahaya itu takkan padam. Tidak seperti diriku. Hanya duduk di bangku dan menaruh beberapa buku serta alat tulis di mejaku. Datang membawa buku dan pulang membawa pilu. Begitulah rutinitasku.
   "Cileunyi! Cileunyi! Cileunyi!", terdengar suara tukang kenek beserta asap knalpot. Sebuah bis berhenti tepat di depan diriku, tapi aku tetap menyayukan mataku dan berwajah polos. Satu menit kemudian bis itu pergi meninggalkan diriku yang tak bergerak se-senti pun. Entah apa yang ada di pikiranku waktu itu, aku hanya ingin melihat kupu-kupu itu lagi tuk sementara itu. Aku hanya... ingin melihat kilauan itu sekali lagi.
   Ah, rupanya dia sudah pergi. Cepat sekali untuk hewan kecil yang sedang menerjang badai. Tidak, mungkin akulah yang selalu melihat ke belakang. Ya ampun, seharusnya aku naik bis tadi saja. Cling... secercah cahaya biru itu kembali muncul.
   "Ah, rupanya kau menungguku", aku berbicara pada kupu-kupu itu layaknya orang biasa, tapi mungkin orang yang melewatiku akan berkata aku ini gila. Kupu-kupu itu tetap terbang berirama memutari angin di depan wajahku seakan siap mendengar kisah ceritaku.
   "Kau tau? Jika kau belum bisa membuktikan masa depan yang cerah untukmu, kau hanyalah boneka yang dikendalikan oleh orang tuamu", Aku tersenyum kecil sembari melihat tariannya.
   "Memberikan kesenanganmu kepada orang lain itu sangat menyakitkan. Layaknya Ster yang terpaksa dimakan oleh lawan, satu-satunya cara mengembalikkannya adalah dengan terus maju sampai ke benteng lawan dan dipromosikan", aku perlahan duduk dan tetap memandangi kupu-kupu itu.
   "Lalu? Sebagai apakah kedudukanmu? Apa kau pion yang terus maju sampai ke benteng musuh? Atau kau pion yang maju tanpa arah?", sebuah kata-kata bergema di telingaku. Aku spontan terkejut. Hanya ada aku dan kupu-kupu itu di sini. "Apakah kau yang berbicara...?", aku menanyakan pertanyaan yang amat aneh kepada hewan, apa aku sudah sengklek?.............. Dan selanjutnya tak ada jawaban apa-apa lagi darinya, sepertinya memang aku sudah gila, sepertinya aku hanya salah dengar.
   "Aku.... aku tak tau. Ada hari dimana aku merasa sendirian di dunia ini, dan ada hari pula dimana aku tak bisa menghentikan tangisku. Aku tak tau apa yang kuinginkan, dan aku pun tak mau tau apa yang harus kulakukan. Aku... hanyalah utusan pengamat dari Tuhan, benarkan?", tanpa aku sadari, aku tetap menjawab pertanyaan itu. Aku terus menatap ke arah kupu-kupu itu seakan berharap sesuatu akan terjadi. Tiba-tiba sekali cahayanya semakin bersinar dan bersinar lagi hingga menyilaukan mataku....

Perkenalan

Halo Semua Penghuni Kota Bandung!

        Aku adalah JOKER (nama samaran), hobiku adalah bersenang-senang. Aku paling tidak suka pada yang namanya peraturan. Maksudku buat apa mengurung diri pada sangkar yang disebut 'peraturan'. Bukan berarti aku membencinya, tapi aku ini lebih suka bebas. Mungkin kalian kurang mengerti ya... (-__-).
           Mungkin segini dulu untuk perkenalan, tentang umur, sekolah, atau identitasku yang lain itu rahasia. Khikhikhi (>o<). O iya mungkin aku akan memberikan beberapa cerita fantasy karanganku, jadi tunggu saja ya...
           Selamat bersenang-senang bersama untuk kedepannya.